Rasanya lebih mudah memindah gunung, meskipun itu
mustahil, daripada merubah sikap buruk yang menjadi kebiasaan kita sehari-hari,
misal salah satunya seperti merokok. Jika kita dapat berpikir panjang, kita
akan mengerti bahwa merokok mempunyai banyak mudharat daripada manfaatnya. Tapi
bagi mereka yang berpikiran pendek, menurut mereka merokok adalah suatu hal
yang menyenangkan, tanpa memikirkan kausalitas atau hukum sebab akibat yang
akan terjadi pada akhirnya.
Semua sudah tahu, merokok dapat merugikan
kesehatan dan mengurangi pendapatan rumah tangga. Andai kata, uang untuk
membeli rokok itu ditabung, hal itu bermanfaat bagi kehidupan masa depannya dan
anak-cucunya kelak. Memang kalau sudah watak, masuk ke otak, tidak bisa
diotak-atik lagi.
Suatu cerita, ada seorang yang sakit parah, karena
tidak dapat makan dan minum disebabkan dirinya kecanduan rokok, akhirnya dia
masuk rumah sakit dan diinfus. Awal-awalnya di waktu sakit, dia berkomitmen
untuk tidak lagi merokok, jika sudah sembuh nanti. Namun apa yang terjadi, jika
sudah watak atau kebiasaan, begitu dirinya sembuh, karena tak enak jika tak
merokok, akhirnya ia merokok lagi. Dan tak lama beberapa bulan kemudian,
penyakitnya kambuh lagi dan masuk rumah sakit dan diinfus, begitu ia sembuh, ia
tetap saja setia merokok. Jika kita dapat berpikir panjang disini, berapa
banyak pengeluaran yang kita hamburkan untuk membeli barang yang bermudharat itu.
Alangkah baiknya jika uang itu diberikan kepada anak-anak kita atau anak-anak
yatim dan fakir miskin atau disedekahkan untuk masjid atau yayasan sosial, akan
lebih bermanfaat dan itu akan berguna bagi kita dan orang lain di sekitar kita,
sehingga menjadi amal jariyah yang tiada batas pahalanya.
Meskipun anda adalah seorang milyuner yang
memiliki kekayaan yang tak akan kunjung habis kekayaannya sampai tujuh puluh
turunan, alangkah baiknya jika uang yang anda miliki itu (meskipun sebagian
kecil) tidak digunakan untuk membeli rokok atau membuat perusahaan rokok atau
membeli bibit tembakau untuk penanaman dan sebagainya yang berhubungan dengan
rokok.
Investasikan uang yang anda miliki kepada selain
usaha atau industri rokok yang dapat membahayakan kehidupan umat manusia.
Investasikan uang anda untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat kelak yang
utama. Menginvestasikan uang untuk kepentingan dunia, misalnya membudidayakan
pohon karet, kelapa sawit, pohon jati, cengkeh, kopi, pala, cabe jamu dan
lain-lain yang itu juga merupakan bagian dari program reboisasi atau
penghijauan yang dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dan kehidupan
manusia. Bukan hanya itu saja, kita dapat membudidayakan sarang walet, sarang
lebah, budidaya ikan, rumput laut, penanaman rempah-rempah dan lain sebagainya,
yang kemudian itu semua, kita ekspor ke luar negeri atau luar daerah.
Dalam survei, tercatat 20 juta orang kehidupannya
bergantung pada industri rokok. Namun apakah rokok saja yang menjadi andalan
atau ketergantungan penghidupan keluarga? Padahal Tuhanlah yang mengatur
segalanya yang memberikan rezeki melalui jalan usaha yang kita jalani. Maka
dari itu, mulai saat ini, kita harus menanamkan keyakinan, kita rintis usaha
baru, selain usaha atau industri rokok.
Kita harus berpikir panjang, menjual rokok sama
halnya menjual racun. Menanam tembakau sama halnya menanam racun, jadi kita
jangan sampai memakan makanan dari hasil menjual racun. Tembakau atau rokok
merupakan racun bagi manusia yang secara perlahan-lahan atau lambat laun dapat
menyebabkan manusia itu digerogoti kesehatannya setiap saat tanpa disadari,
sama halnya parasit yang tumbuh pada tanaman. Namun, tembakau faktanya bisa
juga dimanfaatkan untuk selain bahan dasar pembuatan rokok.
Di Indonesia perokok potensial banyak didominasi
kaum muda dan setiap tahunnya terjadi peningkatan yang signifikan. Awalnya
dilakukan karena adanya ajakan atau pengaruh dari teman dan pengaruh lingkungan
yang tidak baik dengan mempengaruhi seseorang dengan menyebutnya; kalau tidak
merokok bukan laki-laki atau kurang jantan atau ketinggalan zaman dan
sebagainya. Padahal orang-orang besar dari kalangan duniawi, seperti para
profesor dan presiden negara dunia pada umumnya mereka tidak merokok.
Apalagi jika kita melihat dari sifat para Rasul,
Nabi, Sahabat, Auliya’, Syuhada’, dan Thabi’in, mereka tidak ada yang merokok,
meskipun pada zaman itu tidak ada yang namanya rokok. Di zaman itu jika pun ada
rokok, mungkin merokok akan dilarang, karena lebih banyak mudharat daripada
manfaatnya.
Kita semua tahu, jika sabu-sabu dan ganja hukumnya
haram jika dikonsumsi, maka tak jauh beda tembakau atau rokok juga demikian.
Karena merokok di negeri kita ini sudah dianggap salah kaprah, maka merokok
dibolehkan/mubah. Padahal senyata-nyatanya, merokok itu dapat menyebabkan atau
menjadi pemicu utama timbulnya penyakit kanker dalam tubuh kita, serangan
jantung, asma dan lain sebagainya. Jika pun anda sekarang tidak percaya,
mungkin di lain waktu, setelah anda dan keluarga yang anda cintai menjadi
korban keganasan akibat merokok.
Penulis memberi saran dan pesan kepada seluruh
pembaca yang budiman, hindari rokok mulai saat ini, karena rokok adalah musuh
kesehatan bagi kita, keluarga dan lingkungan kita. Kita boleh merokok, jika
rokok sudah dapat menyehatkan dan menyegarkan badan serta pikiran kita. Mungkin
bahannya perlu di ubah dari daun tembakau ke daun yang lain yang mempunyai
khasiat bagi kesehatan manusia. Tapi, hakikatnya bukanlah rokok yang dapat
menyegarkan pikiran kita, melainkan dzikir dan selalu iqra’, agar kita
senantiasa tenang dan tidak mudah stress menjalani kehidupan ini. Wallaahu
a’lam.